New Normal ala Palopo

Sekitar 3 bulan kita dalam kungkungan. Disuruh mengurung diri. Banyak yang ketakutan. Meski ketakutan itu tak selamanya diekspresikan dalam bentuk #dirumahaja.

Kampanye menakutkan akan covid-19 atau coronavirus disease ini telah sedikit berhasil dalam bulan awal-awal masuknya di Indonesia.

Kini pemerintah mengampanyekan hidup normal. Tapi normal versi baru.

Pemerintah menyebutnya 'new normal life.' Tatanan hidup baru.

Pakar bahasa Indonesia, Ivan Lanin, mengatakan, 'new normal' itu dapat diartikan kenormalan baru.

New normal yang diperkenalkan itu adalah kenakan masker, jaga jarak 1,5 meter, dan rajin cuci tangan.

Namun demikian, new normal itu, bagi sebagian orang adalah hal lama yang normal. Utamanya bagi muslimah bercadar, atau para gadis yang normalnya menggunakan masker saat muka jerawatan.

Sepertinya, masker juga hal normal yang telah lama, bagi sepasang orang yang masuk ke wisma 'abnormal.'

Bagi masyarakat di Palopo, mayoritas yang new normal hanya dari sisi masker. Jaga jarak hanya dipraktekkan di pertemuan resmi pemerintah.

Bagi pemerintah di Palopo - setidaknya yang saya amati - yang 'new normal' juga dapat dilihat dari tambahan tugas, dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Gugus tugas tak hanya mengurus soal covid-19, namun sudah diarahkan mengurus balap liar, drainase, narkoba, dan miras.

Setidaknya, tambahan poin tugas itu, dapat dilihat dari brosur atau panflet yang beredar di media sosial.

Kopnya atas nama Sekretariat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tingkat RT/RW, fotonya Forkopimda, dan isinya mengingatkan diantaranya, membersihkan drainase, jangan balap liar, miras, dan narkoba. (Selengkapnya, baca sendiri di foto brosurnya)

Itulah new normal dalam tatanan pemerintahan di Palopo.

Wabah covid-19 ini telah membawa manusia ke banyak hal baru. Dari segala aspek kehidupan.

Namun yang terpenting, cinta ku tetap normal padamu. Bukan normal baru, apalagi baru normal. Haha. (raufo.blogspot.com)