Logo Kota Palopo, Hasil Perpaduan Tiga Karya

Sunday, July 17, 20160 komentar

Logo Kota Palopo, Hasil Perpaduan Tiga Karya
Sejumlah gambar sketsa logo Palopo yang baru dirancang untuk diikutkan sayembara 2003 silam. (ist)  

Logo atau lambang Kota Palopo berupa perisai berwarna hijau, mungkin sudah cukup akrab di mata pembaca. Namun, tahukah anda sejarah lambang yang menjadi ikon Pemerintah Kota Palopo ini? 


Tanggal 2 Juli 2002 merupakan memontum sejarah bagi Pemerintah Kota Palopo. Karena pada tanggal itu, secara administratif, wilayah Kota Palopo secara resmi berdiri sendiri berpisah dari daerah induknya, Kabupaten Luwu. Sejumlah kisah pasti menyertai pemekaran sebuah daerah, tidak terkecuali Kota Palopo sendiri.

Logo Kota Palopo, Hasil Perpaduan Tiga Karya
Namun, banyak hal yang dilupakan dalam sejarah pembentukan Kota Palopo. Salah satu bagian sejarah yang mungkin tidak banyak orang ketahui, yakni tentang asal usul lambang Pemerintah Kota Palopo.

Lambang tersebut adalah hasil sayembara yang diikuti ratusan seniman dari berbagai daerah. Namun pemenangnya tetap putra daerah.

Logo tersebut hasil perpaduan tiga karya pemenang sayembara logo, yakni kelompok dari Galeri Seni Maddika Bua, Andi Batara, dan Ahmad Yakdir.

Pimpinan Galeri Seni Maddika Bua, Guntur Idrus, menceritakan pembuatan logo Kota Palopo, pekan kemarin. Ditemui di kediamannya di Bua, Kabupaten Luwu, Guntur banyak bercerita tentang keterlibatannya dalam logo Kota Palopo.

Ia menceritakan, 2003 silam, Pemkot Palopo menggelar sayembara pembuatan logo daerah Kota Palopo. Saat itu, Ketua panitia sayembara logo Palopo adalah Haidir Basir, yang saat itu Asisten III, dan Andi Sanad menjabat Kadisbudpar Palopo.

Guntur menceritakan, saat memutuskan untuk ikut sayembara, ia memanggil semua anggota galerinya untuk membuat desain logo. Logo yang diikutkan itu bukan desain komputer, tapi polesan tangan. Pewarnaan pada logo digunakan bukan cat atau pulpen, tapi memakai kertas marmer.

Logo Kota Palopo, Hasil Perpaduan Tiga Karya"Ada beberapa anggota Galeri Seni Maddika Bua yang ikut. Namun yang masuk sampai tiga besar hanya ada satu. Kami menggambarnya tidak lama, hanya sekitar 3 malam," kisahnya.

Ia juga menceritakan, saat tiga karya masuk tiga besar, disitulah dewan juri dan panitia bingung memilih satu logo. Sehingga diputuskan untuk dipadukan saja. Panitia melakukan penyempurnaan desain logo dengan memadukan tiga karya yang masuk tiga besar sayembara saat itu.

"Jadi tidak benar itu kalau ada yang mengatakan logo Palopo dibuat cuma satu orang atau cuma si A saja. Sebab faktanya, ada tiga karya yang dipadukan. Jadi ada tiga kelompok atau tiga orang yang membuatnya," katanya.

Guntur menjelaskan, dari penyempurnaan logo tersebut, hasil karyanyalah yang paling banyak. Dua karya lainnya hanya menambahkan simbol roda dan payung. "Simbol roda bergerigi itu dari karya Pak Yakdir, sementara simbol payung merah diambil dari karya Andi Batara. Sebenarnya di logo buatan kami ada simbol gerigi sebagai kota industri, tapi bentuknya lain. Sama halnya dengan payung. Gambar payung karya Andi Batara dianggap lebih bagus, jadi gambar payung itu diambil," terangnya.

Logo Kota Palopo, Hasil Perpaduan Tiga KaryaAdapun penyempurnaan lainnya, kata dia, logo yang dibuatnya sebelum disempurnakan gambar padi dan kapas di luar sayap, setelah disempurnakan ditarik masuk mengelilingi gambar Masjid Jami Tua.

Ia menjelaskan, pada logo yang dibuatnya, terdapat doke pakka atau Bessi PakkaE atau Sulengkah Kati. Disitu terdapat tiga garis, yang melambangkan anak tellue. Sementara payung maejae itu adalah simbol kedatuan Luwu.

Sementara untuk sayap burung langkang kuajang atau elang besar atau di Jawa  disebut Rajawali, sebab orang dulu, para raja memakai burung langkang kuajang itu sebagai kendaraan.

Terpisah, pembuat logo lainnya, Yakdir. Sekarang dia mengabdi di kantor balaikota Palopo dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Yakdir mengatakan, awalnya dia membuat lambang itu dari minat untuk mengikuti sayembara logo saat kota Palopo baru saja terbentuk.

Saat itu, Yakdir belum berstatus sebagai PNS di Pemkot Palopo. Dari ratusan desain lambang yang mendaftar, desain milik Yakdir akhirnya terpilih kedalam tiga besar desain lambang yang terbaik. Namun dewan juri saat itu tidak bisa menetapkan desain lambang terbaik dari ketiga desain lambang itu.

"Dewan juri saat itu saling ngotot kalau desain-desain itu semua cocok untuk menjadi lambang daerah Palopo. Padahal yang akan menjadi lambang kan hanya ada satu," kata Yakdir.

Kondisi seperti itu akhirnya membuat dewan juri untuk meminta petunjuk dari Wali Kota Palopo, HPA Tenriadjeng. Hasilnya, Tenriadjeng merekomendasikan kepada Yakdir untuk mendesain lambang daerah baru, dengan memadukan tiga lambang itu.

Yakdir menambahkan, memang pada dasarnya dia yang mendesain ulang lambang daerah itu. Namun, secara khusus, ide gambar itu sebenarnya perpaduan dari tiga desain yang berhasil lolos sebagai desain terbaik saat itu.

Yakdir mengaku sudah lupa siapa dua orang pembuat desain logo lainnya. Lebih jauh, Yakdir mengatakan, sebelum membuat desain lambang tersebut, dia harus mencari referensi pustaka. Yakdir mengaku menyisihkan waktu selama sebulan penuh untuk mencari referensi itu. Hasilnya, sebanyak 11 referensi berhasil terkumpulkan. Salah satu diantaranya adalah buku berjudul "sejarah budaya Luwu".

Dari referensi itu, Yakdir kemudian mengambil logo Masjid Jami' --masjid ini merupakan masjid tertua di Palopo--. Berdasarkan dari salah satu versi dari referensi itu menyebutkan kalau kota Palopo berasal dari kata "Pallopo" yang artinya "menancapkan".

Kata ini diperkirakan muncul saat pemancangan pertama tiang masjid. Pemancangan tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 1604 M. "Itu salah satu versi yang menyebutkan asal-usul kota Palopo. Masih banyak versi lainnya, tapi saya lebih memilih versi itu," kata Yakdir. (***)

Tonton videonya...



---------------------------------------------------

Logo Kota Palopo, Hasil Perpaduan Tiga KaryaMakna Gambar

  • Bintang Lima, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa
  • Payung Berwarna Merah, adalah Pajung Pero'E atau Pajung MaejaE sebagai salah satu atribut lambang kekusaan politik Pajung Luwu atau Raja Luwu, yang melambangkan kekusaan Politik Pajung Luwu atau Raja Luwu.
  • Bessi PakkaE atau Sulengkah Kati, merupakan lambang kekusaan politik Pajung Luwu atau Raja Luwu, yang melambangkan kesejajaran atau kesetaraan hak dari seluruh lapisan masyarakat Kota Palopo. Bessi PakkaE ini juga adalah inspirator Pajung / Raja dalam menjalankan pemerintahannya secara adil, jujur, benar dan teguh dalam pendirian (adele, lempu, tongeng dan getting)
  • Masjid Jami', adalah simbol perubahan (transformasi), rekonsiliasi sosial dan sekaligus lembang inofasi atau pembaruan konstitusi dan organisasi pemerintahan kerajaan luwu.
  • Sayap burung langkah kuajang yang terbentang, adalah symbol semangat dan kesiapan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah untuk membangun kota Palopo.
  • Padi dan kapas, adalah symbol kesejahteraan.
  • Roda adalah symbol pembagunan kota Palopo yang dinamis.
  • Tulisan huruf lontara (ware), adalah symbol pusat pemerintahan kerajaan luwu.


Makna Sandi

Pajung maejae
21 rumbai pada 1 (satu) payung menggambarkan tanggal dan bulan jadi tanah luwu (21 januari ).
Pernik diatas payung terdiri dari, bagian atas 1 (satu) buah , tengah 2 (dua) buah, bawah 6( enam) buah, dan 8 (delapan) buah payung menggambarkan tahun kelahiran tanha luwu (1268).

Bessi PakkaE
3 (tiga) buah garis hitam pada bessi pakkaE melambangkan wilayah 3 (tiga) kerajaan palili, (anak telluE): baebunta, bua, dan ponrang.
12 (dua belas) ruas pada tiang / kayu bessi pakkaE adalah gambaran 12 (dua belas) anak suku tanah luwu.

Sayap Burung
Jumlah bulu pada sayap terdiri atas 21 (dua puluh satu) helai yang melambangkan tanggal jadi kota Palopo ( tanggal 21).
2 (dua) buah sayap, kiri dan kanan adalah gambaran tahun jadi kota Palopo (tahun 2002).

Masjid Jami'
Jumlah jendela pada mesjid jami' sebanyak 6 (enam) buah melambangkan bulan jadi kota Palopo (bulan juni).

Pada dan Kapas
Padi dan Kapas masing-masing berjumlah 11 (sebelas) melambangkan undang-undang nomor 11 tahun 2002 tentang pembentukan kabupaten Mamasa dan kota Palopo di propinsi Sulawesi Selatan.

Roda
Roda dengan 7 (tujuh) gerigi melambangkan 7 (tujuh) strategi utama yang menjadi arah kebijakan pembangunan kota Palopo, yakni menjadikan kota Palopo sebagai kota Tujuh Dimensi ( Kota Religi, pendidikan, olahraga, adat / budaya, dagang, industri dan pariwisata).

Perisai
Perisai berisi 5 (lima), dimaksudkan sebagai suatu Negara kesatuan yang berasaskan pancasila.


Makna Warna

  • Hijau : Warna asli luwu yang menggambarkan kesuburan sekaligus dapat mencerminkan keindahan, kenyamanan dan kedamaian kota Palopo ( idaman).
  • Kuning : Warna yang mencerminkan kemuliaan, keagungan dan keberhasilan.
  • Merah : Warna tertinggi di luwu yang dapat menggambarkan ketegasan dan kerelaan berkorban.
  • Putih : Warna kesucian, keikhlasan dan perdamaian.
  • Hitam : Warna yang mencerminkan kekuatan


*( Sumber arti logo: Website Resmi Pemkot Palopo

Terbit di Koran Media Duta Ekspres edisi spesial HUT ke-14 Kota Palopo

Logo Kota Palopo, Hasil Perpaduan Tiga Karya
Guntur Idrus, salah seorang pemenang sayembara logo Kota Palopo. 

Share this article :

Post a Comment

 
Support : TEKAPE.co | Arsip
Copyright © 2015. Catatan Abd Rauf - All Rights Reserved
Desain by Berita Morowali Powered by Abd Rauf