Cerita Sang Jenderal dan Rangsangan Kaum Hawa

Saturday, July 14, 20180 komentar

Cerita Sang Jenderal dan Rangsangan Kaum Hawa
Sepeda dan batu antik yang dipajang di depan Kantor Desa Batu Alang, Kecamatan Sabbang, Luwu Utara. 
SUATU ketika, saya berkesempatan menemani seorang jenderal purnawirawan. Di atas mobil, tak banyak kalimat yang keluar dari mulutnya. Mungkin karena kecapean dalam perjalanan jauh. Begitu pikir ku. 

Saat diajak ngobrol, ia menjawab seadanya. Seolah tak ada gairah. Saat diperkenalkan kondisi daerah yang baru dikunjunginya, ia hanya tampak mengangguk. Sesekali bertanya jarak antara bandara dengan lokasi acara.

Sang legislator yang berupaya mengajak ngobrol akhirnya mempersilahkan istirahat. Mungkin karena melihat kondisi sang jenderal. Saya yang duduk di depan hanya menyimak. Menikmati perjalanan.

Saat perjalanan pulang, satu hal menurut saya, yang paling menggairahkan bagi sang jenderal. Obrolan tentang kaum hawa, istri.

Obrolan tentang istri seolah merangsang otak dan semangatnya. Ada semacam stimulus yang merangsang untuk bercerita panjang. 

Ia pun sedikit membicarakan bagaimana ketakutan beberapa 'king maker' negeri ini terhadap sang istri.

Menurut penilaiannya, beberapa dari petinggi negeri ini takut terhadap istri. Simpelnya, jika tak ingin dibilang takut, mereka tak ingin ribut dengan istri, utamanya dalam hal-hal sepele.

Tapi baginya, ia mengaku tak ada ketakutan terhadap istri. "Jika istri mengancam minta cerai, saya bersyukur. Saya kawin lagi. Saya tidak suka diatur-atur. Saya bekerja, dan ini demi keluarga." Begitu kata sang jenderal.


* * *

Cerita tentang pengaruh istri, ibu, atau gadis-gadis sekalipun, cukup banyak dibicarakan. Itulah mungkin sebabnya, muncul ungkapan 'di balik kesuksesan pria selalu ada cerita perempuan tangguh di baliknya.'

Terkadang ocehan dari mulut perempuan adalah kata-kata motivasi paling manjur. Tapi itu tergantung seorang pria mengonversi ocehan itu ke dalam kalimat motivasi. Jika salah konversi kalimat, maka ocehan itu boleh jadi racun yang berakhir di meja cerai. 

Rangsangan kaum hawa ibarat menyalakan kompor gas. Tergantung mau memasak apa. Jika gas dibiarkan bocor, maka berpotensi membakar rumah.

Tanpa kaum hawa, sulit merangsang gairah berpikir dan berusaha. Seperti tanpa kompor, sulit memasak apa yang kita mau.

Begitu juga jika terlalu banyak rangsangan kaum hawa, maka boleh jadi kompor meledak dan akhirnya membakar semua yang ada. Wallahu a'lam. (*)


Palopo, Sabtu 14 Juli 2018.

Share this article :

Post a Comment

 
Support : TEKAPE.co | Arsip
Copyright © 2015. Catatan Abd Rauf - All Rights Reserved
Desain by Berita Morowali Powered by Abd Rauf