Pantai Pandawa, yang terletak di Desa Adat Kutuh, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, salah satu objek wisata yang masih tergolong baru.
Konon, pantai ini termasuk keramat dan dikeramatkan. Sebelum menjadi objek wisata, pantai ini dinamankan Pantai Melasti. Dulu kala, di pantai ini dilakukan ritual penyucian simbol-simbol dewa.
Karena pantai ini keramat, maka wisatawan atau siapapun dilarang melanggar etika, termasuk buang air sembarangan. Bahkan, perempuan yang lagi datang bulan atau menstruasi, dilarang menyentuh air laut di pantai itu.
"Pantai Pandawa ini dulunya disebut Pantai Melasti. Disebut Melasti karena dulu kala, warga setempat pernah menempati pantai untuk menyucikan simbol-simbol dewa. Semua simbol dewa disucikan dengan air di pantai itu. Sehingga sampai sekarang pantai itu dikeramatkan," jelas Andre, pemandu wisata.
Ia menyebutkan, karena air di pantai itu dikeramatkan dan disucikan, maka perempuan yang menstruasi jangan pernah menyentuh airnya. Kalau memang tidak mau terjadi hal-hal aneh.
"Bagi yang menstruasi, jangan menyentuh air di Pantai Pandawa. Sudah pernah terjadi hal-hal aneh di pantai ini. Makanya, lebih baik kita berlaku biasa-biasa jika berada di sana," tutur Andre, saat di bus menuju ke Pantai Pandawa.
Untuk menuju Pantai Pandawa, kita harus menempuh perjalanan lebih dari satu jam dari Kota Denpasar Bali. Sesampai disana, kita disajikan pemandangan yang cukup menakjubkan.
Bukit kapur yang dibelah untuk jadi akses jalan ke lokasi itu, menjadi pemandangan elok. Jika menengok ke kanan, kita disajikan panorama bentangan laut dan pantai.
Mendekati ke pantai, di sebelah kiri ada jejeran patung dari Bisma, Dewi Kunti, dan Pandawa Lima, lima anak dari Dewi Kunti. Patung itu ditempatkan di dalam bukit kapur di pinggir jalan yang telah dipahat.
Sampai ke pantai, masih tampak alat berat tengah melakukan pembenahan. Namun di pinggir pantai, bisa kita saksikan bule berjemur dan berselancar.
Terkait penamaan Pantai Pandawa, menurut cerita sang pemandu wisata, pemerintah memberikan nama Pandawa karena berangkat dari filosofi hidup Pandawa Lima yang mampu keluar dari kesulitan.
Dulu, sebelum bukti kapur dibelah menjadi jalan oleh pemda setempat, warga disana sangat kesulitan. Mereka kesulitan mengangkut rumput lautnya ke pinggir jalan, karena dulu dijadikan lokasi budidaya rumput laut. Ada bukit yang membuat kendaraan tidak bisa kesana.
Setelah membelah bukit, Pantai Melasti kemudian diubah menjadi Pantai Pandawa. Karena warga tidak kesulitan lagi dalam hal akses jalan. (***)
Baca juga cerita sebelumnya:
Mengunjungi Langsung Pura yang Diabadikan di Uang Kertas Pecahan Rp50.000
Mengintip 'Turis Miskin' di Kawasan Legian dan 'Sumur Susnoduaji' di Pantai Kuta
Post a Comment