Semalam di Bali, rasanya sedikit rugi kalau tidak menyaksikan langsung Bali di malam hari. Salah satu tempat yang paling ramai di Bali saat malam hari adalah di kawasan Legian.
Kawasan ini adalah pusat hiburan malam yang berada di pesisir Pantai Kuta. Di tempat ini, pernah terjadi tragedi bom. Di sana kita bisa menyaksikan tugu bom Bali.
Untuk sampai ke kawasan ini, kita tidak bisa dilayani bus pariwisata. Sehingga kita harus menyewa mobil mirip mini bus. Dia bisa menyelinap ke lorong-lorong kecil, karena macet dan jalanan sempit. Padat kendaraan dan turis.
Kami diantar sampai ke gerbang Pantai Kuta. Di kawasan Legian ini, banyak delman berjejer. Ada sedikit bau amis lalu lalang di hidung. Mungkin karena kotoran kuda delman.
Sepanjang kawasan itu, berkilo-kilo meter, berjejer hiburan malam dan cafe-cafe tempat nongkrong. Banyak ikon bisa ditempati eksis berselfie ria.
Tak kalah menariknya, banyak turis miskin. Orang menyebutnya miskin karena pakaiannya serba kekurangan. Ala-ala barat. Berada di kawasan ini, kita seperti sedang berada di Eropa. Karena hampir semua jenis orang ada.
Disana bebas mabuk sampai semabuk-mabuknya. Bir dijual bebas. Orang minum di pinggir jalan. Pelukan dan ciuman di pinggir jalan pun menjadi hal lumrah. Turis asing tampak lebih berkuasa. Tak ada yang berani mengganggunya meski rese saat mabuk.
Warga lokal tahu betul bagaimana menarik wisatawan. Mereka sadar jika keamanan menjadi nomor satu menarik turis ke wilayahnya. Karena mereka hidup dari banyaknya turis yang datang.
Kami sampai dini hari menyaksikan kawasan itu. Seakan tak pernah tidur. Saya menyaksikan daftar nama turis yang meninggal karena bom Bali. Di monumen Bom Bali, tertulis daftar nama turis dan asal negaranya.
Saya menemani teman-teman saya masuk di salah satu bar. Mereka hanya minum alkohol. Namun karena saya tidak terbiasa dengan minuman beralkohol, saya hanya melihat-lihat fenomena remang-remang itu.
Malam itu, Jumat 25 November dini hari, kawasan Legian diterpa hujan lebat. Namun hujannya seakan mengerti, tak lama hujan lalu berhenti lagi. Kami pulang dan merebahkan diri di hotel.
Pagi hari, Jumat, kami kemudian hendak menyaksikan yang banyak diceritakan pemandangan menarik, yakni 'Sumur Susnoduaji' di kawasan Pantai Kuta. Kawasan pantai ini dipenuhi bule berjemur. Kita akan menyaksikan 'susu berjemur (Sumur)' dan bertemu 'susu nongol dua biji (Susnoduaji)'.
Karena hari Jumat, hendak salat Jumat, maka hanya sebentar di Pantai Kuta menyaksikan Sumur dan Susnoduaji. Karena masjid susah ditemui di Bali, maka kami cepat menuju ke kota Denpasar. Disana ada satu masjid. Masjid ini meluap karena banyaknya jamaah, termasuk turis muslim. (bersambung)
Baca cerita sebelumnya:
Mengunjungi Langsung Pura yang Diabadikan di Uang Kertas Pecahan Rp50.000
Pantai Pandawa, Air Terlarang Bagi Wanita Menstruasi
Post a Comment