Pulau Dewata Bali terkenal dengan banyak wisata menarik. Salah satunya adalah objek wisata Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali. Di kawasan itu, terdapat pura atau pagoda yang dikeramatkan. Tempat itu diabadikan di uang kertas pecahan Rp50.000.
Kawasan Wisata Bedugul Bali menjadi objek wisata yang pertama kami kunjungi saat tiba di Bali. Kamis 24 November, kami berangkat dari Makassar sekira pukul 09:30 wita. Hanya sekitar sejam pesawat Lion Air yang kami tumpangi mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali.
Tiba di Bandara, seorang lelaki paruh baya berkostum khas menyapa kami. Ia memperkenalkan dirinya. Ia mengaku bernama Andre, sang pemandu wisata. Ia memakai blangkon atau penutup kepala khas Bali.
Dengan ramah, ia mempersilahkan kami menuju bus pariwisata yang telah menunggu. Di atas bus, sudah tersedia snack dan air mineral.
Sambil jalan, Andre memperkenalkan pariwisata di atas bus. Ia banyak bercerita tentang Bali. Ia juga banyak melucu.
"Saat ini, kita akan menuju ke Bali bagian utara. Di sana ada wisata alam Bedugul, Kabupaten Tabanan. Ada lebih 1,5 jam perjalanan. Di sana terkenal dengan agrowisatanya. Namun sebelumnya, kita akan singgah makan siang di Krisna. Di sana, setelah makan bisa melengkapi oleh-oleh khas Bali," jelas Andre.
Pusat oleh-oleh khas Bali, Krisna. |
Untungnya, tak memakan waktu lama, bus setengah tua tersebut bisa jalan kembali.
Perjalanan menuju wisata Bedugul melewati jalan berkelok. Akses jalan menuju kesana mengingatkan saya jalanan menuju ke kawasan wisata Malino, Gowa, Sulsel. Jalanannya mirip, hanya saja jalanan di sana sedikit lebih lebar dari jalan ke Malino.
Namun pemandangannya sangat mirip. Di sepanjang jalan, tampak kebun nan asri. Sayur mayur seperti kol, wartel, dan strawberry menjadi pemandangan elok. Seakan melepas penat yang selama ini menggunung di kepala.
Pejalanan menurut saya cukup lama. Sebab mobil mogok dan jalan berkelok. Namun di sepanjang jalan, sang pemandu wisata mampu menepis kelelahan di jalan. Ia banyak bercerita dan melucu.
Ia juga memperlihatkan hotel yang gagal dibangun Tomi Suharto, yang berada di perjalanan menuju Bedugul. Menurutnya, hotel tersebut dibangun saat masa peralihan ke reformasi. Saat Suharto tumbang, pembanguan itu juga ikut tumbang. Sehingga terbengkalai hingga kini. Luas kawasan itu berhektar-hektar.
Andre juga menceritakan, ada kol berbuah jagung dan manusia berambut jagung. Namun saat dalam perjalanan menuju Bedugul, ternyata yang dimaksud adalah tugu kol dan jagung, serta patung manusia membawa jagung.
Sesampai di Kawasan Bedugul, kabut tebal menyapa kami. Banyak bus pariwisata berjejer. Setelah sampai ke pinggir danau, tampak pagoda atau orang Bali menyebutnya, meru.
Pagoda tersebut disebut Pura Ulun Danu Beratan. Pura ini merupakan Pura yang menjadi objek gambar di lembar uang kertas pecahan Rp50.000.
Pura ini dipercaya sebagai tempat dewa tertinggi menurut kepercayaan orang Bali. Lokasi Pura Ulun Danu Beratan terletak di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali.
Berada persis di tepi danau Beratan kawasan wisata Bedugul. Jaraknya sekitar 55 km dari Kota Denpasar, atau jika ditempuh dari Pelabuhan penyebrangan Gilimanuk sekitar 100 km. Untuk menuju ke lokasi Pura Danu beratan, harus melalui jalur berkelok dan menanjak, terutama jika ditempuh dari Gilimanuk.
Banyak turis dari berbagai negara di kawasan wisata ini. Mulai dari turis berkulit putih hingga berkulit paling hitam. Banyak juga wisatawan domestik.
Mereka asyik mengabadikan pura tersebut. Namun jika tak bawa kamera, disana ada jasa foto langsung jadi. Tarifnya Rp20.000/lembar. Fotonya langsung dicetak di sana. Hanya memakan waktu sekira 15 menit.
Kami hanya setengah jam, harus meninggalkan lokasi itu. Karena sudah hampir sore. Karena waktu dianggap tak mencukup, yang tadinya dijadwalkan akan mengunjungi tanah lot, dibatalkan. Kami hanya singgah di Kaos Joger.
Sebagai ikon Bali, yang mengklaim diri sebagai pabrik kata-kata, di mana-mana terpajang kata-kata yang unik dan sekaligus menyindir. Satu hal yang menarik buat saya. Kata-kata yang dipasang bersama dengan Mr Joger, sang pendiri Joger. Ia menyebutkan, tak ada gunanya ijazah S1, S2, dan S3, kalau belum S4. S4 adalah benar-benar se-empat meluangkan waktu berbuat untuk kemaslahatan orang banyak. Kira-kira begitu maksud dari kata-kata itu.
Di Joger sampai malam. Kemudian menuju ke hotel tempat kami nginap. Istirahat sejenak, lalu melanglang buana di gemerlapnya Bali. (bersambung)
Baca lanjutan ceritanya:
Mengintip 'Turis Miskin' di Kawasan Legian dan 'Sumur Susnoduaji' di Pantai Kuta
Pantai Pandawa, Air Terlarang Bagi Wanita Menstruasi
Saat hendak naik pesawat menuju Bali, di Bandara Hasanuddin Makassar. |
Post a Comment