Mengunjungi Morut yang Masih Belia

Tuesday, October 27, 20151komentar

Morowali Utara (Morut) adalah Daerah Otonomi Baru (DOB) di Provinsi Sulawesi Selatan, yang pisah dari induknya Kabupaten Morowali pada 2013 silam. Daerah ini memiliki penduduk sekitar 236 ribu jiwa, yang tersebar di 258 desa/kelurahan, dan 10 kecamatan.

Belum lama ini, tepat hari ulang tahun ke-2 Morut, 23 Oktober 2015, saya kebetulan ada panggilan jalan-jalan ke daerah bekas kerajaan Mori itu. Dari Kota Palopo, saya menempuh perjalanan darat selama sekitar 10 jam.

Saya menempuh jalur darat dari arah selatan Sulawesi. Sampai ke Sorowako, Luwu Timur, sopir angkutan umum yang saya tumpangi memilih jalur danau. Meski ada jalur darat tanpa harus naik perahu, namun sopir memilih lewat danau karena katanya lebih dekat.

Untuj sampai ke seberang danau, mobil bersama penumpangnya harus naik perahu, yang hanya muat satu mobil beserta penumpangnya. Untuk tarif jasa nyebrang ini, sang sopir angkot harus rela membayar Rp300.000. Meski tarifnya terbilang mahal, namun para sopir lebih banyak memilih itu daripada menempuh jalur lain yang terpaut puluhan kilometer.

Dalam perjalanan, di Kecamatan Nuha, perbatasan Luwu Timur-Morut, tampak hamparan kebun merica. Saat itu masih musim kemarau pajang, makanya ada banyak pipa yang terbentang di kebun-kebun merica.

Perjalanan yanh cukup melelahkan, ada sekitar lebih 10 km jalanan bebatuan tanpa bekas aspal dan berdebu. Namun kelelahan itu terbayar setelah memasuki wilayah ibukota Morut, Kolonodale. Dari atas bukit, kit disuguhi pemandangan teluk Tomori yang indah, ditambah jejeran gedung dan pemikiman warga di pesisir pantai.

Kolonodale, sebenarnya cukup kecil. Namun perkembangannya cukup bagus. Hanya saja masih kurang tempat nongkrong. Apalagi warkop berfasilitas wifi, masih sulit ditemui. Signal pengguna smartphone juga masih kurang bagus. Jaringan internet susah di smartphone. Provider yang ada disana juga masih satu, Telkomsel.

Namun dari segi keindahan, cukup menyenangkan. Masyarakatnya juga terbilang ramah. Saya kebetulan dapat kenalan disana. Seorang gadis lokal yang masih duduk di bangku kelas 3 SMK. Gadis periang ini saya ajak bantuannya untuk mencari titik-titik Morut yang indah.

Malam hari, saya diajak ke bukit, tak jauh dari area perkantoran pemkab. Dari atas bukit, kita bisa menikmati keindahan panorama Kota Kolonodale. Sinar lampu ditambah rembulan malam membuat pemandanfannya cukup indah, apalagi ditemani seorang gadis yang cukup manis.

Setelah puas dengan pemandangan dari atas bukit, kami kemudian melanjutkan berburu kuliner. Saya sebenarnya ingin mencicipi makanan khas suku Moti, namun sayangnya, menurut gadis bungsu yang saya temani itu, katanya tidak ada yang khas.

Pencarian warung makan pun terbilang agak susah, karena masih kurang pilihan rumah makan yang terbilang menarik dan semi modern, yang banyak warung-warung bakso dan mie konvensonal. Akhirnya kami hanya mencicipi ayam goreng sari laut.

Setelah bagian tengah terisi, kami memilih Pelabuhan Kolonodale untuk bercengkrama, menghabiskan malam minggu yang panjang. Di atas dermaga, menikmati angin sepoi-sepoi Teluk Tomori. Saya sebenarnya ingin tahu sedikit tentang bahasa suku Mori, namun teman yang katanya asli suku Mori ini tidak lancar bercakap bahasa Mori.

"Saya mengerti kalau ada yang bicara Mori, tapi saya tidak lancar bahasa Mori," ujarnya tersipu, sambi mengurai rambutnya yang panjang, saat saya bertanya soal arti kosakata. (***)

Penyebrangan di Sorowako menggunakan perahu.

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

November 9, 2017 at 10:14 PM

maaf yaa, sebenar nya morut itu di sulawesi tengah, dan tahun 2017/2018 kata nya direncanakan untuk pemekaran provinsi baru yaitu sulawesi timur dan kolonodale termasuk di dalam nya,, dan makanan khas morowali/morowali utara itu sebenar nya ada, nama nya ikan gabus dan meti,, meti adalah makanan yang sebenar nya marak di morowali utara.. meti adalah sejenis kerang-kerang bercangkang hitam yang biasa hidup dan di panen di sungai, tepat nya yang paling banyak itu berlokasi di desa tompira, kalau ikan gabus sebenar nya banyak, cuma susah di cari karna kurang nya penjual dan pemasok ikan gabus,,, dan sebenar nya menurut saya kolonodale seharus nya tidak bisa di jadikan ibu kota, karena area luasan yang sempit dan di kelilingi gunung, dan seharus nya itu ibu kota nya bertempat di beteleme karena area yang cukup luas di tambah dataran rendah yang luas pula, dan juga lebih cocok di bangun 1 bandar udara dan juga mall beserta pusat perbelanjaan lain nya,, sedangkan di kolonodale lebih cocok di sebut kota industri, karena disana lebih banyak tambang dan juga punya pelabuhan tempat bersandar nya kapal penumpang dan kapal kargo..

Post a Comment

 
Support : TEKAPE.co | Arsip
Copyright © 2015. Catatan Abd Rauf - All Rights Reserved
Desain by Berita Morowali Powered by Abd Rauf