Gombal Itu Ibadah

Sunday, December 18, 20220 komentar

Diklat Sahabat Saksi dan Korban (SSK) LPSK Sulsel 2022. (Gambar hanya pemanis. Hihihi)


SAYA selalu mengatakan jika ngegombal adalah bagian dari ibadah. Alasannya, lewat gombalan yang tidak dilebih-lebihkan, cenderung akan membuat orang lebih bahagia. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gombal diartikan bohong, omong kosong, atau rayuan. Namun gombal dalam tulisan ini, saya artikan sebagai rayuan atau sekadar pujian. Bukan gombal yang berarti bohong, atau omong kosong.

Pada beberapa kesempatan, saya mencoba bereksperimen dalam melakukan komunikasi antar personal. 

Suatu ketika, saat bertemu orang baru - utamanya lawan jenis - saya cenderung memperlihatkan sikap sopan dan nada bicara yang pelan. Di lain kesempatan, sedikit centil dan bercanda. Kadang juga lebih bar-bar dan terang-terangan melontarkan kalimat rayuan, yang terkesan gombalan.

Hasilnya, sikap yang terakhir memberikan kesan lebih kuat. Sikap berani merayu, terkadang membawa kesan yang dalam, dibanding jika bersikap biasa-biasa saja. Kondisi ini membuat lebih akrab di pertemuan berikutnya. 

Komunikasi ala gombalan ini lebih mudah membuka layer atau lapisan kepribadian dalam berinteraksi antar personal. 

Pada Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory) yang dijelaskan Irwin Altman & Dalmas

Taylor, disebutkan dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi proses gradual, yaitu semacam proses adaptasi diantara keduanya. Teori ini mengibaratkan manusia seperti bawang merah yang terdiri dari sedikitnya tiga layer atau lapisan kepribadian.

Pada lapisan terluar: Apa yang diperlihatkan kepada publik secara umum tanpa ditutup-tutupi. Kemudian di lapisan kedua, ada semiprivate: Lapisan yang tidak terbuka bagi umum, hanya terbuka bagi orang-orang terdekat. 

Pada lapisan terdalam, disebut private. Ini yang paling sulit dipahami orang lain. Di sana terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik yang belum terselesaikan, dan emosi yang terpendam. 

Lewat bumbu gombalan yang terukur, komunikasi dengan seseorang akan lebih mudah membuka lapisan semiprivate. Selanjutnya terserah Anda.

Dalam teori dramatisme yang dicetuskan Kenneth Duva Burke, kita juga mengenal panggung depan dan belakang. Lewat bumbu komunikasi gombalan, akan lebih saling mengenal panggung belakang seseorang.

Dalam kitab suci Al-Quran pun, kita dapat belajar dari kalimat pujian dalam setiap mengawali surah. Kalimat 'Bismallahir Rahmanir Rahim, dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang,' kita belajar perlunya rayuan (baca: pujian) dalam mengawali sebuah komunikasi.

Ini juga sejalan dengan ungkapan: seberapa kuat orang mengingat Anda, tergantung seberapa kuat Anda memberikan kesan.

Dalam psikologi, dikenal halo effect, yang berkaitan kejadian yang Anda alami saat memiliki kesan pertama pada seseorang. (raufo.blogspot.com)

Makassar, 18 Desember 2022




Share this article :

Post a Comment

 
Support : TEKAPE.co | Arsip
Copyright © 2015. Catatan Abd Rauf - All Rights Reserved
Desain by Berita Morowali Powered by Abd Rauf