Pose wisatawan bersama rombongan kami. |
PESONA Pantai Pink banyak menarik wisatawan mancanegara. Di Lombok pada umumnya, mirip seperti Bali. Banyak bule berdatangan menikmati hamparan pantai dan pepulauan.
Salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Pantai Pink, di Kabupaten Lombok Timur.
Untuk sampai ke pantai pink, kita harus menggunakan boot, yang dalam bahasa setempat disebut Lepa, berkapasitas maksimal 13 orang.
Rombongan kami tiba di dermaga apung, Tanjung Luar, sekira pukul 11.00 WITA. Sekitar 45 menit perjalanan yang harus ditempuh untuk sampai ke tujuan, Pantai Pink.
Dalam perjalanan, kita melewati Pulau Kambing atau Gili Bembek. Pulau kecil itu tak berpenghuni. Disebut pulau kambing, karena dahulu kala, kambing milik warga yang tinggal di Pulau Paringki', selalu hidup dari rerumputan pulau kambing itu.
Menurut cerita warga, saking seringnya rumput diambil dari pulau itu, maka saat air surut, kambing milik warga langsung berlari menuju pulau kambing itu.
Rombongan kami diangkut empat boot. Namun boot yang saya tumpangi harus singgah di Pantai Telona, yang kata awak boot, pasirnya lebih pink dari pantai pink. Kami singgah karena salah seorang penumpang sakit perut yang kotorannya memaksa keluar dari belakang.
Singgah di Pantai Telona. |
Sebelum sampai ke Pantai Pink, kita dapat menyaksikan budidaya mutiara yang luasnya sejauh mata memandang. Kabarnya, budidaya itu milik pengusaha asing dari Singapura.
Budidaya mutiara. |
Selain itu, awak boot kami menyampaikan, jika salah satu pulau kecil di sana telah dibeli orang asing, dengan harga terbilang murah, sekitar Rp400 juta, dengan luas berkisar 2 hektar. Pulau itu disebutnya, memang adalah milik warga.
Sesampai di pantai pink, kita bisa menyaksikan sejumlah bule yang berjemur. Mereka hanya mengenakan bikini. Guide menyebutnya dengan istilah Terano (tete rada nongol) dan Pajero (pantat jelas separoh).
Di Pantai Pink juga bisa kita saksikan kawanan kera berekor panjang. Mereka berkeliaran di sekitar pantai dan mengincar makanan wisatawan jika disimpan di sembarang tempat. Namun tidak sampai mengganggu wisatawan.
Namun, di pantai ini saya rekomendasikan tidak usah mandi. Sebab di pantai ini dipenuhi batu kerang dan terumbu karang yang runcing. Berbahaya jika tertusuk. Apalagi, disana ada bulu babi, yang salah seorang rombongan kami jadi korban. Padahal sudah menggunakan sendal saat berenang.
Saat berenang bersama anggota DPRD Provinsi Sulsel M Rajab, kami terpaksa menggunakan sandal. Namun tetap saja berbahaya. Disamping itu, kondisinya tak begitu memungkinkan untuk berenang. Air tidak dalam, terumbu karang yang runcing.
Di Pantai Pink yang masih terbilang sepi dari penjual, karena memang jauh dari perkampungan, kita hanya bisa menyaksikan hamparan pasir berwarna pink, atau merah jambu.
Sepulang dari Pantai Pink, kita singgah di Pulau Pasir. Disana kita singgah foto dengan pose terbaik mereka. (Bersambung)
Singgah berpose di Pulau Pasir. |
Post a Comment