Idealisme, Onani, dan Sikap Media

Saturday, March 5, 20161komentar

Ilustrasi. (net)- 

Pada setiap kasus, media massa selalu mengambil peran penting di dalamnya. Berita media mencerminkan sikapnya terhadap masalah tersebut. Media berhak menentukan sikap melalui berita-beritanya.


Belakangan ini, media selalu menjadi sorotan para aktifis, dan yang mengaku aktifis, utamanya aktifis yang tidak sejalan dengan sikap media.

Khusus kasus di Kota Palopo, soal sikap para pengusaha kuliner, yang dibantu aktifis dan mahasiswa, menolak pajak 10 persen bagi konsumen, media lokal banyak mendapat sorotan dalam pemberitaan masalah ini.

Ada yang menganggap media terlalu pro pemerintah, dan ada pula media yang dianggap memihak pengusaha melalui pemberitaannya. Itulah sikap media. Sikapnya tercermin dari pemberitaannya.

Sikap media dipengaruhi kepentingan masing-masing. Sikap seperti ini menurut saya, tidak boleh disalahkan, sama halnya ketika mahasiswa memperjuangkan kepentingannya atas nama kepentingan orang banyak.

Melalui catatan ini, saya hanya ingin berpendapat sedikit, tanpa beriniat menggurui, soal pemberitaan pajak 10 persen bagi rumah makan. Saya melihat, media lokal lebih pro ke pemerintah. Pro pemerintah bukan berarti tidak benar. Sebab itulah sikap media.

Media memilih pro pemerintah, karena saya melihat pemerintah ingin menegakkan aturan. Sikap media, ingin agar aturan yang telah disepakati bersama untuk ditegakkan.

Hanya saja, kalau berbicara sikap mana yang ideal, menurut saya adalah bersikap untuk menggugah hati para penentang aturan ini, agar mereka ikut aturan yang ada. Bukan 'memprovokasi' agar menambah masalah lain.

Idealnya, media dituntut untuk mempengaruhi dan mengingatkan orang banyak, atau pengambil kebijakan, untuk mengambil sikap yang baik. Media dituntut menyajikan solusi atas permasalahan yang ada.

Hanya saja, adakah yang ideal? Menurut saya ideal itu hanya ada dalam tataran ide. Sangat sulit untuk menyajikan berita ideal. Sangat banyak faktor yang bisa mempengaruhi. Utamanya faktor kepentingan masing-masing. Entah itu kepentingan pribadi wartawannya, atau kepentingan secara kelembagaan medianya. Jadi mohon janganlah menuntut sesuatu yang ideal, tapi minimal mendekati sikap ideal. Itu sudah cukup.

Yang perlu diingatkan, agar media tidak beronani sendiri. Sajian beritanya hanya untuk kepentingannya saja, tanpa mempertimbangkan kepentingan orang banyak.

Berita, dalam literatur pers kita, adalah untuk kepentingan orang banyak. Jadi muara berita semuanya untuk kepentingan orang banyak. Kepentingan yang sesuai dengan aturan. Kalau ada kelompok atau pribadi yang merasa dipojokkan, itu bisa saja terjadi, tapi dengan tujuan atas kepentingan orang banyak. Jadi harus ada itikad yang baik dalam pemberitaan.

Seperti pajak. Itu dipungut untuk kepentingan orang banyak. Meski kelompok tertentu merasa dipojokkan, tapi itu lagi-lagi untuk kepentingan orang banyak. Namun yang tak kalah pentingnya, mengawasi penggunaan pajak itu.

Dalam kode etik wartawan Indonesia, salah satu poinnya adalah itikad yang baik dalam memberitakan. Bukan untuk memojokkan seseorang. Tapi berusaha untuk mengingatkan. Bukan kah Tuhan mewajibkan kita saling mengingatkan. Mengingatkan itu banyak cara, salah satunya dengan pemberitaan.

Yang perlu juga dipahami, pers itu adalah perpaduan kerja-kerja idealisme dan bisnis. Jika keduanya berbenturan, maka sikapnya adalah berdiri di tengah. Berusaha untuk tidak ada yang dirugikan, atau minimal kerugiannya tidak terlalu besar. Aplikasinya adalah, media dalam memberitakan idealnya berada di jalur aturan yang ada, sembari memberikan solusi.

Mendukung pemerintah itu penting menurut saya, supaya pembangunan bisa berjalan dengan baik. Namun bukan berarti tanpa kritik. Kritik yang baik adalah mengingatkan, tanpa niat untuk memojokkan. Inilah sikap para wartawan di Luwu Raya ini yang saya kenal. Saling mengingatkan.

Catatan saya ini hanya sekedar berpendapat. Tak ada niat menggurui. Saya sadar masih junior dalam dunia kewartawanan. Sikap saya juga saya akui, hampir belum ada yang ideal. Namun saya hanya berusaha untuk mendekati ideal. Tabe... (***)

Ditulis di Palopo, 5 Maret 2016, di pagi yang mendung.

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

March 6, 2016 at 8:36 AM

Bacaan menarik di pagi hari "pajak" :)

Post a Comment

 
Support : TEKAPE.co | Arsip
Copyright © 2015. Catatan Abd Rauf - All Rights Reserved
Desain by Berita Morowali Powered by Abd Rauf