Bandara Mutiara Sis Aljufri, Palu- |
Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Tengah (Sulteng) merupakan dua provinsi yang masing-masing punya perbedaan dan ciri khas, tapi juga punya banyak kesamaan.
Beberapa waktu lalu, saya sempat jalan-jalan ke Kota Palu, ibukota Provinsi Sulteng. Saya start dari Kota Makassar. Dengan menumpangi maskapai Lion Air, berangkat dari Badar Udara (Bandara) International Sultan Hasanuddin Makassar, menuju Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu.
Sesampai disana, ada beberapa kemiripan Palu, ibukota Sulteng, dan Makassar sebagai ibukota Sulsel. Kemiripan pertama yang saya temukan adalah masalah Pemilihan Gubernur Sulteng.
Saat melihat pertarungan Pilgub Sulteng, saya teringat Pilgub Sulsel beberapa tahun lalu. Di Sulteng, Gubernur dan Wakil Gubernurnya, Longki Janggola-Sudarto, juga terbilang setia berpasangan. Buktinya, pasangan ini kembali berpaket untuk bertarung pada Pilgub 2015 ini.
Kesetiaan berpaket ini juga tampak di Sulsel. Gubernur dan Wagub Sulsel, Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu'mang, juga setia sampai dua periode.
Kesamaannya lagi, pada pertarungan keduanya, calon incumbent Sulsel dan Sulteng, masing-masing melawan calon mantan Walikota, di ibukota provinsi. Di Sulteng, Longki bertarung melawan Rusdy, yang merupakan Walikota Palu, dan di Sulsel, Syahrul melawan Ilham Arif Sirajuddin, yang saat itu, juga sebagai Walikota Makassar.
Selain masalah politik, ada kemiripan dari sektor pariwisata pantai. Saat kami mengunjungi Pantai Talise, yang ada di Kota Palu, saya melihat kemiripan dari segi konsep penataan dan desainnya. Pantai ini mirip dengan Pantai Losari.
Di Pantai Talise, juga punya anjungan, dan juga masjid yang menyerupai Masjid Terapung, Masjid Amirul Mukminin, Pantai Losari. Meski Pantai Losari masih jauh lebih modern, namun Pantai Talise punya desain yang mirip.
Pantai Talise Palu, saat menikmati kacang rebus, yang kebetulan penjualnya adalah suku Makassar- |
Dari segi kuliner khas, Palu punya Kaledo, sementara Makassar punya konro dan coto. Kuliner khas Kaledo, sangat mirip dengan Konro di Makassar. Masing-masing bahan utamanya adalah tulang sapi. Hanya saja bumbu yang sedikit membedakannya.
Kaledo, biasa disebut kependekan dari Kaki Lembu Donggala, dan konro, masing-masing makanan berkuah. Rasanya masing-masing sedaaap. Bagi yang penasaran, silahkan nikmati sendiri. Hahaa...
Namun dari segi kemajuan kota, Palu dan Makassar tidak bisa dibandingkan. Kota Makassar masih sangat jauh berkembang dibanding Palu. Sebab Makassar sudah menjadi gerbang utama untuk Indonesia Timur. Namun saat terwujud Teluk Tomini di Kabupaten Parigi Moutong, sebagai poros maritim dunia, makan bukan tidak mungkin, kemajuan Palu akan berkembang pesat.
Mengenai perbedaannya, ada banyak. Diantaranya masalah transportasi. Disana belum terlalu banyak angkutan kota (angkot). Ini sangat jauh berbeda dengan Makassar. Kalau Makassar padat kendaraan, Palu masih terlihat lancar.
Soal angkot, orang Palu punya istilah berbeda. Angkot untuk pete-pete di Makassar, orang Palu menyebutnya dengan istilah 'taksi'. Sementara mobil taksi disebut dengan nama 'argo'.
Selain itu, Pemkot Palu juga melarang bemtor (becak motor) dan becak. Yang dibolehkan adalah ojek dan delman. Ini konon katanya, pelarangan bemtor dan becak, karena untuk merawat kendaraan tardisional disana, yakni delman. Kendaraan tradisional yang ditarik oleh kuda ini mudah ditemukan, utamanya di pasar-pasar tradisional.
Selain masalah angkot, Palu juga tampaknya merawat masalah kekhasan pasar tradisional, yakni pasar ditentukan harinya alias tidak setiap hari pasar. Biasanya, disana dua kali hari pasar dalam sepekan.
Pasar Tradisonal Biromaru, Kabupaten Sigi- |
Soal harga kebutuhan pokok, seperti sayur mayur, ikan, dan buah-buahan, Palu terbilang murah, utamanya di pasar-pasar tradisional. Namun untuk kebutuhan pakaian, harganya hingga 200 persen lebih mahal dibanding Makassar.
Untuk pendidikan, kalau di Makassar ada Universitas Hasanuddin (Unhas), di Palu ada Universitas Tadulako (Untad). Ada juga IAIN, dan Universitas Alkhaerat, yang sedikit mirip dengan UMI di Makassar. (****)
Palopo, 28 September 2015
Post a Comment