Ilustrasi cincin Nabi/int |
Beberapa bulan terakhir, masyarakat Indonesia dilanda demam batu akik. Mulai dari masyarakat melarat sampat konglomerat. Dari tukang becak sampai presiden. Semua kalangan seakan demam batu.
Dari para pecinta batu akik tersebut, ada yang memang karena suka, ada juga yang karena ikut-ikutan trend. Tapi yang mengkhawatirkan adalah karena ingin pamer, atau karena kesombongan dan menganggap batu miliknya bisa mendatangkan efek magis.
Khatib atau pembaca khutbah pun di masjid, beberapa pekan ini sudah memperingatkan di setiap khutbahnya. Selama dua pekan terakhir ini, saya mendengar materi khutbahnya masalah batu akik.
Khatib mengatakan, jika memakai cincin itu juga dilakukan Rasulullah Muhammad SAW. Dikisahkan, Nabi SAW saat berdakwa, mendapat hadiah cincin dari salah seorang raja saat itu. Cincin itu dibuat khusus untuk Nabi SAW. Di permata cincin itu bertuliskan lafal dalam bahasa Arab, 'Muhammad Rasulullah'.
Nabi saat itu menerima dan memakainya. Cincin itu juga sekaligus sebagai cap atau stempel surat Nabi saat mengirim surat.
Memakai cincin punya etika. Nabi SAW sudah memberikan petunjuk dalam beberapa hadis. Disebutkan, jika cincin itu dilarang dipakai di jari tengah dan jari setelahnya (telunjuk). Yang dibolehkan adalah jari manis dan jari kelingkin.
Yang paling penting diperhatikan adalah, dalam memakai sesuatu, termasuk cincin, jangan sampai itu menimbulkan kesombongan di dalam hati kita. Itu yang dilarang Nabi SAW. Apalagi, yang tak kalah dilarang adalah mempercayai kekuatan magic cincin itu. Sebab itu sudah bisa menimbulkan dosa musyrik.
Kita biasa mendengar, jauh sebelum demam batu melanda Indonesia, orang-orang percaya jika batu permata tertentu bisa menimbulkan efek magic. Seperti kelihatan gagah atau cantik, memudahkan rezeki, membuat berani, dan tampak disegani, serta beragam kepercayaan terhadap batu tersebut. Wallahu A'lam. (***)
Makassar, 22 Maret 2015
Post a Comment