ilustrasi/int |
Jalan raya, adalah gambaran hidup yang paling nyata dan kehidupannya paling kompleks. Mulai dari orang tidur, merangkak, jalan kaki, lari, berkendara, penegakan hukum, persaingan, musibah, berdagang, dan lainnya. Semuanya tergambar jelas di jalanan. Di sana tergambar jelas bagaimana orang bersaing menuju ke yang terdepan.
Setiap hari, dan hampir setiap saat, kita melewati jalan. Entah itu dengan jalan kaki, atau naik kendaraan. Saat menyetir, biasanya dirasakan betul persaingan di jalanan. Ada pengendara yang tidak sabar meski kendaraan padat, tetap saja menyelip, yang terkesan memaksakan, sampai nyaris tertabrak atau bahkan di beberapa kejadian kecelakaan lalu lintas (lakalantas), memang diakibatkan kecerobohan pengendara itu sendiri.
Di kesempatan lain, ada pengendara yang lambat, dan juga ada yang tidak sadar dan cuek jika kelambatannya menghalangi orang yang sedang buru-buru. Entah karena kendaraannya yang lambat, atau memang sikapnya yang santai, atau mungkin juga karena sedang menunggu seseorang.
Jika jalanan dianalogikan dengan kehidupan riil, dari sisi ekonomi dan kesejahteraan, pengendara yang gesit dan buru-buru karena punya tujuan jelas, maka otomatis akan berusaha agar cepat sampai kepada tujuannya. Sehingga ia berusaha untuk mencari peluang dan sisi jalan yang bisa dilaluinya, tanpa terkena macet. Bisa dengan cara menyelip di antara kendaraan lain, atau lewat lorong yang diprediksi tidak macet.
Ini jelas berbeda dengan orang yang santai-santai dan tujuannya tidak jelas mau kemana. Jika kendaraan padat, biasanya akan sabar menunggu sampai kendaraan lain jalan. Ia terkadang pasrah. Enggan mencari jalan lain. Jika sudah demikian, bisa dipastikan akan lambat sampai di tujuannya. Atau tujuannya akan berubah. Begitupun juga pada kehidupan dunia. Kita ibarat pengendara di jalan raya. Butuh persaingan dan bergerak terus mencari jalan menuju ke tujuan kita.
Persaingan hidup memang keras, seperti persaingan di jalan raya. Tantangannya juga cukup berat. Terkadang harus terjebak macet, ada traffic light atau rambu-rambu lain, sehingga sebenarnya sudah bisa sampai, tapi karena rambu-rambu itu mengharuskan kita belok arah, maka harus memakan waktu lagi.
Jika kita melawan rambu itu, bisa jadi kita akan terjebak macet, dimarahi pengendara lain, atau kalau kedapatan dengan polisi, maka malah akan menghambat lebih lama lagi perjalanan kita.
Dalam konteks persaingan, jalanan memberikan pelajaran berharga bagi kita. Kencang tidaknya lari kita, tergantung kita memakai kendaraan apa. Pastilah beda kencangnya pejalan kaki dan naik motor. Sepeda motor pun punya banyak type dan spesifikasi. Begitupun mobil. Namun pejalan kaki pun tidak serta merta akan kalah dalam hal cepat sampai kepada tujuan, sebab bisa jadi yang memakai kendaraan harus terjebak kemacetan panjang.
Jadi sebenarnya, kendaraan yang dipakai seseorang, tidak menjamin cepat tidaknya sampai kepada tujuan. Sebab ada banyak halangan dan rintangan. Entah itu macet, kendaraan rusak, lakalantas, atau yang lainnya. Kendaraan hanya sarana untuk cepat sampai. Tapi bukan jaminan. Semua punya tantangan tersendiri. Tidak ada yang bebas dari rintangan, dan juga tidak ada yang menutup kemungkinan akan dapat keberuntungan. Maka berdoa sambil berusaha yang terbaik.
Jalanan memang keras. Penuh lika-liku. Itulah mungkin sebabnya, orang yang hidup di jalanan, jauh lebih tahan banting dari anak yang hidup di dalam rumah. Mari belajar hidup di jalan raya. Ambil hikmah dan pelajaran di sana. Wallahu a'lam. (raufo.blogspot.com)
Gowa, Jumat 20 Februari 2015
Post a Comment