Tidak suka tak selamanya benci. Namun benci selalu tidak suka. Kita boleh tidak suka pada seseorang. Karena itu adalah fitrah. Namun jangan sampai ketidak sukaan kita membuat lahirnya kebencian. Tidak suka dapat diartikan perasaan yang tidak respek pada sesuatu. Sifatnya lebih sekedar perasaannya saja.
Tidak mau meniru dan berusaha untuk menghindar. Seakan tak ada yang mengganggu walau itu hadir. Benci sifatnya lebih mendalam. Ini biasanya disebabkan adanya hal-hal yang menyakitkan dan mengecewakan. Sehingga seseorang membencinya. Rasa benci adalah faktor utama timbulnya rasa dendam dalam hati seseorang.Karena kebenciannya terhadap perilaku seseorang pada dirinya, maka timbullah tekad atau rasa ingin sekali membalas perlakuan tersebut. Itulah dendam. Benci merupakan penyakit hati yang mesti dibuang jauh. Jangan pernah hidup bersama kebencian-kebencian. Karena hal itu dapat menghalangi kebahagiaan, ketentraman dan kedamaian.
Seseorang yang sudah benci pada sahabatnya, misalnya. Maka hatinya tidak akan tenang sebelum sahabatnya itu minta maaf dan mau berubah. Bahkan tidak akan pernah termaafkan. Dengan segala cara ia tempuh untuk menjauhkannya dari dirinya. Bahkan membunuhnya kalau hal itu lebih membuat hatinya lebih puas.Begitulah yang terjadi.
Jika kebencian merasuki hati dan perasaan seseorang. Bisa saja menghalalkan segala cara untuk menghilangkan apa yang dibencinya. Orang tua pun dapat dilempar ke luar rumah jika benci itu meninggi. Olehnya itu, seyogyanya selalu melawan rasa benci itu walau ada hal-hal yang menjengkelkan dan tidak senonoh.
Rasulullah SAW mencontohkan perilaku yang selayaknya dijadikan suri tauladan bagi semua umatnya. Nabi SAW tatkala beliau ke Thaif membawa risalah. Orang-orang di sana melemparinya sampai berdarah. Malaikat dan gunung menawarkan diri untuk membalaskan perlakuan tersebut.
Namun Rasulullah SAW menolak dan berprasangka baik. Malah beliau mendoakan mereka agar keturunannya kelak berkenang menerimanya.Coba lihat juga, ketika sakit orang yang selalu buang hajat di tangganya. Rasulullah SAW malah menjenguk dan membawakannya makanan.
Hal ini disebabkan karena tak sedikitpun rasa benci di hati Raulullah SAW terhadap perlakuan orang kafir tersebut. Ketika diludahi pun oleh orang kafir. Beliau tidak pernah membalas. Tak ada rasa benci. Yang ada hanya prasangka baik pada mereka. “Mungkin mereka tidak tau apa yang saya bawa”.Rasulullah SAW mengatakan bahwa belum sempurnah iman seseorang jika masih ada benci dalam dirinya terhadap saudaranya sesama muslim.
Dalam hadis arbain disebutkan, Nabi bersabda:Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari Muslim)
Hadis ini sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa jangan pernah ada benci di hatimu. Karena kebencianmu itu akan menyeretmu pada perpecahan dan ketidak tentraman. Dalam dunia yang serba kejam ini. Dunia yang sarat dengan persaingan, terlalu banyak potensi yang dapat membuat rasa benci hadir dalam hati. Terutama dalam dunia politik yang sarat dengan kompetisi. Orang yang kalah merasa kecewa dan membenci orang yang mengalahkannya. Akhirnya menjadi penentang segala kebijakan.
Menjadi kelompok oposisi yang tak pernah mengakui kekalahan. Terkadang ada orang tak mau mengakui kebenciannya. Tak menampakkan apa yang sebenarnya terjadi. Tak mau jujur dengan perasaannya. walau sebenarnya dalam hatinya bergejolak. Sebenarnya sikap semacam itu kurang baik. Karena tidak ada usaha untuk merubah apa yang tidak disukai dalam diri seseorang.
Seorang dosen pada mahasiswa misalnya. Ketika mahasiswanya berperilaku tidak menyenangkan. Maka selayaknya dosen bersangkutan jujur dan menasehatinya. Bukan mencapnya sebagai pembengkang. Tidak berakhlak. Sampai pada nilai error. Sungguh kurang etis kayaknya, jika hanya faktor kebencian dari seorang dosen saja membuat tidak lulus mata kuliahnya.
Dalam tulisan ini sebenarnya, penulis ingin mengajak mari kita saling membina cinta dan rasa kasih sayang yang ada dalam hati masing-masing. Sehingga terwujud persaudaraan yang kokoh, aman dan tentram. Tidak ada lagi saling membenci. Senyum sinis menakutkan tak hadir lagi dalam kehidupan kita. Semuanya indah oleh hiasan cinta. Tak ada lagi wajah cemberut. Yang ada hanyalah senyum manis memilukan. Memikat hati setiap yang menatapnya.
Semua tampak muda dengan senyuman yang tak pernah layu.Kompetisi dalam hidup ini adalah hal yang mutlak. Namun seyogyanya persaingan itu membuat lebih akrab. Buka bermusuhan dan saling membenci. Jangan pernah ada benci dalam hati. Apalagi dendam dan enggan memaafkan. Niscaya hidup lebih bahagia dan bermana. Wallahu A’lam Bisshawab.
Post a Comment