Sesungguhnya malu dan iman itu selalu berbarengan, apabila salah satu diantaranya dihilangkan (diangkat) maka yang lainnyapun akan hilang. (HR. Imam Hakim dan Ibnu Umar).
Sifat malu merupakan merupakan sifat yang wajib dimiliki stiap insan. Jika manusia sudah tidak memiliki rasa malu maka segalanya sudah berubah. Yang tadinya haram baginya menjadi mubah. Nabi SAW pernah bersabda, ”Apabila engkau tidak malu maka lakukanlah apa yang engkau mau”.Sifat malu dijadikan sebagai barometer iman seseorang. Ketika ia tidak lagi mempunyai rasa malu berbuat kejahatan, maka yakinlah imannya lemah. Karena antara iaman dan malu selalu berjalan beriringan. Malu bagian dari iman. Maka malulah berbuat kejahatan. Deddy Mizwar pernah mengatakan bangkit itu malu. Malu melakukan korupsi. Malu berbuat dosa. Malu meminta-minta.
Orang mencuri, pejabat korupsi, perempuan menjual diri dan segala perbuatan tercela itu disebabkan rasa malu telah pergi meninggalkan sang pemilik jiwa dan rasa. Kehilangan rasa dan sifat malu bagaikan kehilangan segudang mutiara. Kerugian dan musibah akan segera menimpa ketika malu telah hilang. Malu bagaikan security atau kemanan pada sebuah gudang emas. Sehingga pada saat penjaganya mati terbunuh oleh peradaban yang menggila, maka penjahat akan leluasa memanfaatkan dan mengambil seseuka hatinya.
Umat Islam maupun non Islam dan adat dari manapun pasti memiliki pandangan yang sama tentang nilai rasa malu dalam dirinya. Yang mungkin membedakannya hanya pada tahap seperti apa penempatan malu itu.
Mahasiswa harus malu karena Indeks Prestasi Kumulatifnya (IPK) rendah. Dosen malu karena tidak merasa berhasil mendidik. Pejabat malu jika menyia-nyiakan amanah orang banyak. Itulah nilai-nilai malu yang penting ditanamkan dalam diri setiap manusia. Sehingga mampu bersaing secara sehat.
Ada beberapa nilai positif jika individu menjaga rasa malu dalam dirinya. Yakni selalu terjaga dari perbuatan maksiat memacu diri dari perbuatan maksiat,memacu diri iri duntuk berbuat baik dan slalu ingin berada pada level yang lebih tinggi dari yang lainnya .karena mereka malu jika berbuat maksiat sehingga memacu diri berbuat lebih baik dari apa yang dilakukan kebanykan orang. Tidak mau dikalahkan karena ia malu dengan orang di atasnya.
Rasa malu sering diartikan pada arah yang negatif dan menurunkan rasa percaya diri.Rasa malu bergaul dan sebagainya. Namun malu itu percaya diri. Kata-kata sering muncul jika ada orang berbuat maksiat. Tidakkah engkau malu barbuat kejahatan? Pada kalimat itu terselip arti percaya dirilah engkau melakukan hal yang mengandung kebaikan.
Pada kelompok anak muda sering terjadi misskonsepsi dalam mengartikan rasa malu. Mereka malu ke masjid karena menurutnya itu pekerjaan orang tua. Namun mereka malu jika tidak minum khamar, mereka tidak gaul dan ketinggalan jaman.
Pada jaman Rasulullah Saw. Para sahabat malu kalau amal ibadahnya lebih sedikit dibanding dari sahabat lain. Sehingga ia berpacu dan berusaha untuk mengalahkan sahabatnya.
Sifat malu itu bukanlah orang yang tunduk dengan wajah pucat jika bertatapan dengan orang lain. Bukanlah orang malu jika suaranya kecil jika berbicara dengan oran lain. Tapi orang pemalu yang dianjurkan islam ialah malu jika dalam hatinya penuh dengan dendam, dengki dan sejenisnya. Malu jika ia dibenci oleh saudaranya disebabkan perbuatannya. Malu jika yang ada dalam dirinya hanya kecurangan.
Maka malulah sama saudara kita yang telah kita aniaya, telah bertengkar, bermusuhan dan yang pernah kita caci maki. Malulah kepada kedua orang kita, yang telah disakati hatinya sampai air matanya jatuh becucuran.
Maka minta maaflah segerah kapada mereka, karena hanya dia yang berhak memaafkan kita. Allah tidak berhak menghapus dosa-dosa kita terhadap saudara kita yang pernah kita sakiti. Maka malulah kepada Allah dan Rasulnya. Apa yng pernah kita lakukan hampir tidak ada yang diridhaiNya.
Maka mulailah dari sekarang. Tanamkan dalam diri dan hati untk malu berbuat yang dilarang Tuhan. Tanamkan dalam jiwa untuk berbuat baik semata karena Allah (lilllahi taala), bukan atas dasar teke and given. Nanti memberi kalau ada sesuatu yang akan dipetiknya. Janganlah selalu hidup berada di atas jalan kepentingan kepentingan. Ingatlah perbuatan itu di balas sesusai dengan niat. Wallahu A’lam.
(Ditulis Juni 2008)
Post a Comment